Tidak Ada Manusia Keramat di Dunia

Judul di atas saya ambil dari ucapan Guru saya ketika pertama sekali bertemu Beliau disebuah Surau (tempat zikir). Kejadian itu sudah lama terjadi, akan tetapi sampai sekarang masih tersimpan dalam ingatan saya, menjadi kenangan yang sangat sulit dilupakan.

Suatu hari, saya masih ingat hari itu adalah hari jum’at jam 8 pagi. Seperti biasa Guru saya melayani murid-murid nya, ada yang menyampaikan masalah, mohon di doakan, ingin berobat atau juga sekedar mendengar fatwa-fatwa Beliau yang menyejukkan hati. Sebagai orang baru, saya tidak berani duduk didepan dan Guru saya selalu menyapa semua orang dengan ramah, menanyakan satu persatu. Kalau orang yang belum dikenal biasanya Beliau menyapa dengan panggilan “Anak Muda” untuk orang yang masih muda dan “Bapak” untuk yang setengah baya dan “orang tua” untuk yang telah berumur lanjut.

Ketika Beliau memberikan ceramah dihadapan murid-murid nya (saat itu yang hadir lebih kurang 30 orang), tiba-tiba Beliau menatap saya dan bertanya: “Anak Muda, di dunia ini apa ada orang yang keramat?”. Saya diam tidak berani menjawab, sebenarnya saya ingin sekali menjawab pertanyaan itu, menurut saya di dunia ini memang ada orang keramat (karomah).

Sebagai seorang yang suka membaca, saya banyak membaca cerita-cerita para wali yang memiliki kehebatan-kehebatan diluar batas kemampuan manusia, ada yang bisa berjalan di atas air seperti Zunnun al Mishri, memasak tanpa api dilakukan oleh Rabi’ah al-Adawiyah, bahkan ada yang bisa terbang, saya pernah mendengar cerita tentang Syekh Abdul Wahab Rokan yang membantu peperangan di Aceh sampai di abadikan dalam photo oleh salah seorang wartawan perang Belanda, pada saat yang sama Beliau ternyata tidak pernah keluar dari rumahnya. Syekh Bahauddin Naqsyabandi menghidupkan orang yang sudah mati dengan ucapan “Hidup kau atas berkat syafaat Guru ku”. Semua kekeramatan itu kalau diceritakan sangat banyak dan saya sendiri pernah bertemu dengan orang yang menceritakan kekeramatan seorang Syekh yang bisa pulang pergi ke Mekkah dalam sekejab.

Saya juga mendengar cerita dari abang-abang senior kalau Guru saya juga sangat Keramat. Beliau pernah menolong muridnya yang tenggelam di laut pada saat yang sama Beliau lagi makan dengan santai di rumahnya. Pernah tidak basah dalam hujan dan juga pernah berjalan di atas air. Kekeramatan beliau kalau diceritakan sangat banyak termasuk mengobati orang yang terkena penyakit AIDS/HIV sembuh dalam seminggu, penyakit jantung sembuh dalam 1 hari dan ratusan bahkan ribuan orang disembuhkan dari berbagai jenis penyakit. Bahkan Gunung berapi pun bisa dipadamkan hanya dengan air bekas wudhuk Beliau. Tapi kenapa Beliau mengatakan tidak ada manusia yang keramat?

Guru saya seperti mengetahui apa yang tersimpan dalam fikiran saya dan Baliau berkata, “Kalau ada orang yang punya kelebihan sebenarnya itu bukan kemampuan dia, itu semua adalah pemberian Tuhan”

“Anak Muda, di dunia ini tidak ada manusia yang keramat, karena mereka beserta dengan yang Maha Keramat maka dengan otomatis mereka ikut keramat, Seluruh wali-wali di dunia ini tidak ada yang ber cita-cita memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa, mereka sepenuhnya berserah diri kepada Allah SWT semata”.

Kemudian sambil tersenyum Beliau berkata, “Anak Muda, coba kamu masuk ke dalam kandang kambing, tinggal disana selama 7 hari 7 malam, boleh memakai baju tipis atau baju tebal, nanti pasti badan kamu bau kambing”.

“Kalau kamu menginap di Alkah Tuhan, disana banyak malaikat-Nya, selama 7 hari 7 malam kamu di sana, sudah pasti bau kamu seperti bau malaikat dan syetan pun bingung, susah membedakan apakah ini manusia atau malaikat”

Selaku orang baru dan masih sangat awam dengan hakikat saya masih bingung dengan tamsilan yang diberikan Guru saya. Kemudian Beliau bertanya, “Kamu kuliah dimana?”

“Fakultas Teknik” jawab saya.

Beliau berkata, “Berarti kamu akan paham dengan Ilmu Eksak. Coba kamu ambil gula kemudian larutkan dalam air, dan kamu jilat, pasti air itu manis rasanya. Yang manis air nya apa gula nya anak muda?”

Saya jawab “Air nya Guru!”

Beliau tertawa dan yang hadir disitu ikut tertawa. Kemudian Beliau berkata, “Yang manis gula lah pula, selama dunia ini terkembang belum pernah ada air yang manis, penyebab air menjadi manis ketika di jilat karena didalamnya ada unsur gula. Mereka (air dan gula) tidak bersyerikat karena terdiri dari unsur yang berbeda. Kalau kamu panaskan air, maka uap air akan naik ke udara kembali menjadi Hidrogen dan Oksigen sedangkan gula tetap tinggal menjadi karbon”

Sekarang saya sudah mulai paham apa yang dimaksud Guru saya, tapi masih belum bisa menghubungkan antara keramat dengan permisalan yang Beliau sampaikan.

Kemudian Beliau berkata, “Ambil sebuah besi, masukkan kedalam api, panaskan sampai besi itu membara, maka seluruh sifat-sifat api akan mengalir ke dalam besi, besi itu persis seperti api dan api itu telah menyerupai besi. Antara Api dengan besi tidak pernah bersyerikat, sifat-sifat api akan turun kepada besi disebabkan besi terus menerus bersama api. Api tetaplah menjadi api dan besi tetaplah menjadi besi”.

“Yang keramat itu Api anak muda, bukan besi! karena dari api lah sumber panas. Tapi jangan kamu coba-coba pegang besi yang membara, nanti kamu akan terbakar karena sifat-sifat api telah turun kepada besi”

Mendengar ucapan itu saya seperti tercerahkan, barulah saya paham apa yang Beliau sampaikan. Pada hakikatnya tidak ada manusia yang hebat, manusia adalah makhluk lemah tiada daya. Seorang wali adalah manusia sempurna yang telah lama tenggelam dalam alam zikir berhampiran dengan Zat dan Fi’il Allah SWT sehingga seluruh tubuhnya telah diliputi oleh Nur Ilahi.

Kemudian saya memberanikan diri bertanya, “Guru, bagaimana saya bisa memperoleh kemampuan-kemampuan hebat itu?”

“Kamu ingin keramat anak muda?” Tanya Beliau

Saya jawab “Ya Guru”

Kemudian Beliau berkata, “Kalau tujuan kamu berguru untuk mencapai keramat, kamu tidak akan pernah mendapatkannya, disini tidak pernah di ajarkan ilmu-ilmu hebat, yang diajarkan disini adalah ilmu berhubungan dengan Allah, ilmu bagaimana kita bisa merendahkan diri dengan serendah-rendahnya kepada ZAT YANG MAHA SEMPURNA. Disini diajarkan bagaimana kita ber ubudiyah kepada-Nya. Tujuan menuntut ilmu tidak lain adalah ILAHI ANTA MAQSYUDI WARIDHAKA MATLUBI, Engkaulah yang aku maksud dan Ridho-Mu lah yang kami tuntut. Kalau kamu ingin sakti carilah dukun bergurulah kesana, satu malam kamu langsung jadi hebat. Tapi nanti kalau meninggal dunia ruh kamu tidak kembali ke Tuhan, tetapi kembali kepada syetan. Kalau ilmu yang kamu peroleh dari Laut Kidul nanti ruh kamu akan kembali ke Laut Kidul, kalau ilmu kamu berasal dari Gunung Kawi maka ruh kamu akan kembali ke Gunung Kawi, ruh kamu akan bergentayangan.”

Beliau berkata,”ilmu ini saya peroleh dari Guru saya, tidak pernah merubah dan tidak akan diubah dulu sampai sekarang, Guru saya memperolehnya dari Guru nya dan bersambung kepada Rasulullah SAW, kalau meninggal akan sekuburan dengan Kekasih Allah. Ubah lah niat mu itu anak muda, kalau kamu ber guru disini untuk mencari keramat nanti kamu akan diperalat oleh syetan dan Maqam mu tidak akan pernah naik”.

Saat itu saya menangis, dan saya juga heran kenapa orang keras seperti saya bisa menangis tersedu-sedu. Saya mendekati Guru saya dan mencium tangannya dengan lama sekali, kemudian saya menyampaikan keinginan saya untuk ber guru dengan ikhlas, “Guru, maafkan kesalahan saya, mohon di doakan saya agar lurus dalam berguru, saya tidak cari apa-apa guru. Berjumpa dengan Guru sudah merupakan karunia yang luar biasa diberikan Allah kepada saya”.

Guru mengusap kepala saya dengan lembut dan saya kembali menangis.

Sejak saat itu saya tidak pernah lagi punya keinginan untuk menjadi keramat. Saya tidak pernah lagi berfikir tentang itu. Yang saya fikirkan bagaimana saya bisa mengabdikan diri hina ini kepada Allah SWT dengan sebenar-benar pengabdian.

Setelah mencium tangan Guru saya itu lah saya rasakan pencerahan yang luar biasa. Saya mengalami hal-hal unik, kejadian-kejadian luar biasa diluar batas kemampuan manusia biasa. Saya pernah berjalan di hujan lebat selama 1,5 jam tanpa basah sedikit pun, walau kejadian itu cuma sekali se umur hidup dan 4 tahun lalu pernah ada orang tumbang ketika mau memukul saya dan banyak lagi hal-hal ajaib yang saya alami.

Apakah yang saya alami itu bagian kekeramatan? Saya tidak bisa menjawabnya, karena keajaiban yang saya alami tidak lain karena saya bersentuhan dengan tangan Guru saya yang tidak pernah berpisah dari Tuhan. Yang saya tahu Guru saya adalah seorang yang memiliki kekeramatan luar biasa, tapi tidak pernah menyombongkan diri, tidak pernah merasa hebat. Beliau selalu memuja Allah SWT. Kalau Guru saya seorang Wali Allah tidak pernah mengaku dirinya keramat, kenapa pula saya harus mengaku diri keramat?

Leave a comment